Monday, November 25, 2013

Rumah Adat Masyarakat Poso



Masih ingin sharing seputar pengalaman saya ke Poso. Semoga ada manfaatnya ya... Kali ini tentang perjalanan saya ke Rumah Adat Poso, atau yang dikenal dengan sebutan Rumah Adat Tambi. Sejenis rumah panggung, namun berbentuk kerucut. Lokasinya di dekat Patung Megalith, atau masih satu komplek dengan patung megalith yaitu di Padang Sepe, Desa Kolori. Jadi kalau tidak sekalian singgah ke Rumah Adat rugi deh, karena perjalanannya jauh. 
Rumah Adat Poso
Di Padang Sepe ada 4 Rumah Adat Poso, 2 rumah yang digunakan untuk lumbung padi dan 2 rumah lagi digunakan untuk hunian. Baru pertama kali melihat, muncullah rasa penasaran saya. Saya masuk ke salah satu rumah yang digunkan untuk hunian. Naiknya menggunakan tangga, yang terbuat dari sebatang kayu utuh yang dibentuk tangga. Pintu rumah terbuat dari lempengan kayu yang dipahat kepala kerbau. Di tengah-tengah ruangan ada perapian sederhana, dan di pinggir-pinggir ruangan atau mengitari perapian ada papan-papan yang menurut keterangan dari guide saya digunakan untuk tempat tidur. Banyak juga ya... Ternyata memang  rumah seperti ini biasanya dihuni tidak hanya satu keluarga tapi ada beberapa keluarga. Begitu menurut informasi yang saya dapat. Oia, perapian yang berada ditengah ruangan sekaligus juga difungsikan sebagai dapur. 
Bangunan yang kecil itu untuk menyimpan hasil panen
Puas melihat-melihat isi rumah adat ini, kemudian saya melihat rumah berikutnya yang ukurannya lebih kecil dan lebih tinggi. Ternyata rumah ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil panen. Karena bentuknya yang agak tinggi maka dibawahnya bisa digunakan untuk duduk.Siang itu saya sengaja mencobanya, ternyata enak juga duduk di sini. Semilir angin yang lembut menyapa, menjadikan siang tak terasa panas lagi. Malah lama-lama jadi mengantuk...
Menikmati hembusan angin

Monday, November 18, 2013

Patung Palindo Patung Megalith di Poso Yang Mendunia



Tak banyak yang tahu bahwa Patung Megalith (termasuk saya juga baru tahu) yang selama ini diceritakan dalam pelajaran-pelajaran sejarah itu ada juga di Kabupaten Poso, tepatnya di Desa Kolori Kecamatan Lore Barat. Alhamdulillah dengan izin Allah, akhirnya bisa juga melihatnya secara langsung.Sama persis dengan foto-foto yang selama ini saya lihat di internet.
Patung Palindo, salah satu patung megalith di Poso
Untuk menjangkau tempat ini kira-kira diperlukan waktu sekitar 5 jam dari kota Poso dengan menggunakan mobil pribadi. Alternatif angkutan yang bisa adalah mobil rental, jenis avanza. Medannya bener-bener off road, kalau selama ini kita merasakan ombak di laut, maka perjalanan ke Lore Barat ini kita merasakan ombak di darat. Oleh karena itu diperlukan pengemudi yang telah benar-benarmemahami medan. Jalannya terjal, banyak berlubang, berkelok, naik turun. Komplit deh. Memang ada beberapa bagian sudah di aspal namun sebagian besarnya masih rusak.Seru banget... untuk menguji nyali.Hehehe. Sepanjang perjalanan ke Lore di beberapa kali saya menjumpai anggrek hutan yang tumbuh di pinggir jalan, liar ngga ada yang mengambil. Ada yang berbunga warna ungu, putih ada juga yang campuran ungu dan putih. Subhanallah...indah. Makin menyadari betapa kayanya negeri ini. Proud of you Indonesiaku. Awalnya saya berpikir untuk mengambilnya dan akan saya tanam di Jakarta. Namun kemudian saya urungkan niat saya, tiba-tiba kepikiran, jangan-jangan nanti anggreknya jadi sedih. Hidup di daerah baru, sunyi sepi tanpa tanaman yang lainnya. Biarkanlah anggrek itu tetap bahagia di habitatnya. Apalagi ini pegungungan, jangan-jangan nanti tidak cocok hidup di dataran Jakarta. 
Setelah menempuh perjalanan sekitar 5 jam, akhirnya tiba juga di Lore. Waktu itu saya berangkat dari kota Poso jam 07.00 WITA dan tiba di Desa Bomba jam 12.00 WITA. Sebelum melanjutkan perjalanan, pertama kali yang dilakukan begitu sampai di Lore adalah mencari penginapan. Karena tidak mungkin perjalanan di tempuh pulang-pergi. Perjalanan siang hari aja sudah seru, bagaimana kalau malam hari, takyuttt… Belum lagi kalau hujan, jalanan akan menjadi becek dan licin, bener-bener ngga berani deh. Dan saya menginap di Losmen Ningsi, bukah ‘Ningsih’ lho ya… Tempatnya lumayan bersih. Ada musholanya pula. Kamarnya ada dua blok, satu blok kamar terbuat dari kayu, seperti rumah panggung. Dan satu blok lagi bangunan tembok seperti biasa, namun masih baru.Saya menginap di kamar yang baru, tarifnya Rp 100.000,- per malam. Jika pada pagi hari minta teh manis maka secangkirnya dikenai charge Rp 5.000,- . Terus misalnya nambah makan indomie telur maka akan dikenai charge Rp 15.000,- per mangkok. Esok harinya saya ke patung megalith. Dari penginapan kira-kira 45 menit dengan menggunakan mobil. Karena harus muter dulu. Padahal kalau mau naik motor lokasinya dekat banget dengan losmen tempat kami menginap, tinggal menyeberangi jembatan gantung desa Kolori. Lokasinya berada di sebuah padang, orang menyebutnya padang Sepe
Patung megalith ini tingginya kurang lebih sekitar 4 meter. Bentuknya menyerupai laki-laki. Matanya lucu bentuknya.Berdirinya tidak tegak, namun agak miring (condong). Kalau di Eropa ada menara Pisa, kalau di Indonesia ada patung megalith. Sama-sama condongnya. Saya jadi berpikir, kira-kira berapa ya kedalaman batu ini, berdirinya miring namun kokoh menghunjam, seolah tidak bisa ditegakkan. Di sekitar batu adalah hamparan rumput luas membentang, dan ada beberapa pohon tumbuh berjauhan. Sebenarnya ini bukan patung megalith satu-satunya, namun masih ada beberapa patung megalith yang tersebar di sekitar daerah ini, cuma saya tidak sempat melihatnya karena medannya belum bisa dilalui mobil. 

Padamarari Objek Wisata di Kecamatan Pamona Selatan Kabupaten Poso



Bercerita tentang pesona Poso rasanya tak ada habis-habisnya. Setelah sebelumnya saya cerita tentang perjalanan saya mengelilingi Danau Poso, kali ini saya akan bercerita tentang Padamarari, sebuah objek wisata perbukitan penuh pesona di Kecamatan Pamona Selatan Kabupaten Poso.
Danau menjadi cermin Langit
Setelah singgah di Danau Poso, tepatnya di Pantai Siuri, untuk menikmati indahnya alam ciptaanNya dan sekaligus ingin menyentuh langsung air tawar di danau itu, kemudian perjalanan di lanjutkan menuju Padamarari. Dari Siuri ke Padamarari melalui jalan berkelok dan menanjak. Namun semua tak terasa, karena sepanjang perjalanan di suguhi lukisan alam yang indah. 
Danau Poso dilihat dari Padamarari
Padamarari adalah sebuah perbukitan yang subhanallah, indah…. Begitu sampai di puncak bukit, mobil kami parkir di pinggir jalan. Dan saya pun turun dari mobil kemudian berjalan kaki menjangkau puncak bukit. Subhanallah…dari sini saya dapat melihat Danau Poso secara utuh. Susah rasanya melukiskan keindahannya dengan kata-kata, dan juga tak mudah untuk bisa mengambil gambarnya dengan sempurna karena sungguh ketika mata kita langsung memandangnya Padamarari jauhhhh lebih indah. Allahu Akbar. Subhanallah…
Waktu itu siang hari ketika saya di Padamarari, matahari bersinar terang, langit cerah biru dihiasi  awan putih membentuk gugusan. Danau Poso yang berada di bawahnya seolah menjadi cermin yang sempurna. Lembah hijau terhampar, dan nampak beberapa rumah bergerombol membentuk perkampungan. Semua berpadu indah. 
Dengan Izin Allah kaki ini telah menginjak di Padamarari
Tempat ini masih sepi, sepanjang perjalanan menuju tempat ini hanya satu kali berpapasan dengan kendaraan, truck pengangkut barang ke desa. Jadi kalau mau kesini siap-siap membawa mobil pribadi atau rental ya... Terus siap-siap juga bawa makanan sendiri, karena tidak ada warung di sini. Ini yang tak kalah penting, kalau membawa makanan jangan lupa sampahnya di buang pada tempatnya. Dan...berhubung disini tidak ada tempat sampah khusus, jadi sebaiknya sampah yang kita hasilnya kita bawa kembali untuk kita buang ke tempat sampah. Membuang satu bungkus makanan memang awalnya tak terasa, akan tetapi kalau tiap hari ada satu orang yang melakukannya, dalam setahun ada berapa? Jadi kalau bukan kita yang menjaga alam ini, lalu siapa lagi? Hehehe. Ini sekaligus mengingatkan diri sendiri. Bukankah kebersihan sebagian daripada iman? 
Saat pagi atau sore hari enak juga sepertinya duduk-duduk disini. Menikmati hembusan angin bebas tanpa penghalang karena posisinya yang benar-benar di atas bukit. Menghayati ciptaanNya, dan menyadari betapa kecilnya manusia. Semakin sering berjalan ke suatu tempat, semakin takjub dengan Indonesiaku..

Thursday, November 7, 2013

Pesona Danau Poso Yang Memikat Hati


Ini adalah untuk kesekian kalinya saya ke Poso. Sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Sulawesi Tengah. Kabupaten yang menurut saya berasa pulang kampung kalau ke sini, karena di sini banyak saudara-saudara yang satu suku dengan saya merantau juga di sini. Bersyukur karena setiap kali ke Poso selalu ada sesuatu yang baru yang mempesona di hati. Alam Poso yang eksotik juga masyarakatnya yang ramah dan bersahabat. Pada perjalanan kali ini alhamdulillah dengan izin-Nya saya berkesempatan mengelilingi Danau Poso. Luasssss bangetttt... Memerlukan waktu sekitar 2 jam untuk mengelilingi danau ini. 
Makan di Atas Sungai#loveindonesiaku
Di Poso saya menginap di hotel Alugoro yang terletak di Sumatra No.20 Poso. Kenapa memilih hotel ini? Karena menurut saya hotel ini letaknya strategis dekat dengan pasar, dekat dengan swalayan, dekat dengan beberapa warung makan. Hahaha...lagi-lagi sumber-sumber makanan yang menjadi pertimbangan. Warung makannya juga beragam ada warung ikan bakar yang menjual ikan bakar, woku, cumi masakan khas Sulawesi Tengah, ada warung nasi goreng dan mie goreng yang masakan Jawa karena penjualnya ternyata juga orang-orang Jawa, ada juga bakso, mie ayam dan mie ayam bakso, de el el. Banyak deh...
Ikan Mas Bakar Rica

Hari itu saya berangkat pagi dari hotel sekitar jam 07.30 menuju wilayah Pamona. Sepanjang jalan melewati pegunungan, dengan jalan berkelok-kelok namun cukup bagus. Pemandangannya sungguh indah. Seperti melihat negeri di atas awan. Kira-kira satu setengah jam sampailah di Tentena. Di sini singgah dulu di rumah makan untuk sarapan, ikan mas bakar rica-rica. Mantap euy.. Untuk pertama kalinya menikmati menu ini. Subhanallah, ternyata ikan mas enak juga dibakar dibumbu rica ditambah sambel khas Sulawesi Tengah, dabu-dabu. Lain kali share sendiri ya tentang resep sambal dabu-dabu.hehehe.. 
Subhanallah, Ini Indonesiaku#Poso
Rumah makan di sini berada di pinggir-pinggir  sungai yang bermuara ke danau. Jadi sambil menunggu makanan  bisa menikmati sungai yang mangalir tenang namun deras, sepoinya udara pagi, burung-burung yang mengincar ikan di suangai, birunya langit pagi, harmoni alam yang indah. Subhanallah. Nikmat luar biasa bagi saya karena Dia telah mentakdirkan saya untuk bisa duduk di sini saat ini. Akhirnya makananpun datang...mari makan...jangan lupa berdoa ya...
Danau Poso#loveindonesiaku
Selesai makan, lanjut deh petualangan. Mari mengelilingi danau Poso. Danau Poso kalau diamati-amati tidak mirip dengan danau karena begitu luasnya, kalau menurut saya justru seperti laut. Apalagi ketika di dekati di pinggir-pinggirnya juga berpasir. Pasirnya berwarna putih, dan airnya begitu jernih. Tidak berombak, hanya bariak-riak kecil karena hembusan angin. Karena danau, maka airnya pun adalah air tawar. Saya sudah tes lho, tidak asin dan juga tidak lengket. Hehehe. Waktu itu saya berhenti di Siuri Cottages. Dari sini kita bisa menikmati Danau Poso, bagi yang hobi berenang maka bisa berenang di sini.