Tuesday, October 28, 2014

Shalat Jumat di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar



Hari Jumat tanggal 24 Oktober 2014 atau tepat dipenghujung bulan Dzulhijjah 1435 H kemaren saya singgah di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar. Dari Poso kalau mau ke Jakarta maka transit dulu di sini. Ini sebenarnya bukan pengalaman pertama saya transit di bandara ini. Namun transit kali ini terasa istimewa karena pas hari Jumat dan pas waktunya shalat Jumat.Jumat barokah. In syaa allah. Aamiin...
Persiapan Shalat Jumat
Karena hari Jumat maka ada kewajiban seorang muslim untuk shalat Jumat. Meskipun memang ada keringanan ketika sedang melakukan safar alias musafir. Namun betapa kagumnya saya, ketika hendak berniat ke mushola yang berada di ruang tunggu untuk melaksanakan shalat Duhur ternyata mushola sedang dipakai untuk melaksanakan shalat Jumat. Subhanallah... Takmir mushola ini memfasilitasi para penumpang dan orang-orang yang bekerja di bandara untuk menunaikan kewajibannya. Sebenarnya musholanya sudah cukup luas, namun karena banyaknya penumpang dan orang yang bekerja di bandara maka jamaahnya membludak hingga di depan toko-toko yang ada di kanan kiri mushola. Dan lagi-lagi takmir mushola ini sudah mempersiapkannya dengan menaruh karpet dan bahkan juga memberikan koran bekas ketika karpet tidak cukup lagi menampung jamaah. Subhanallah indah sekali... Semoga Allah mengkaruniakan kebaikan demi kebaikan kepada orang-orang ini. Nah, sambil menanti giliran untuk shalat Duhur saya manfaatkan untuk mengambil beberapa gambar tentang suasana shalat Jumat di sini. 
Mushola Penuh hingga ke Depan Toko-toko
Jadi jika suatu hari kebetulan kita transit disini pas hari Jumat dan pas waktunya shalat Jumat, anda tidak perlu khawatir akan ketinggalan shalat Jumat :)
Berbenah kembali usai shalat Jumat

Sunday, October 5, 2014

Shalat Idul Adha di Lapangan Masjid Agung Al Azhar

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahi Al-Hamd… Alhamdulillah...suatu nikmat yang tiada terkira kami disampaikan kembali pada Idul Adha 1435H. Diringankan hati dan langkah kaki untuk memunaikan kembali shalat Idul Adha di suatu tempat yang telah Allah takdirkan untuk kami, di Lapangan Masjid Agung Al Azhar.
Lapangan Masjid Al Azhar
Ini sekaligus menjadi pengalaman pertama kami, shalat Idul Adha di tempat ini. Di tempat bersejarah, seorang ulama ternama, Buya Hamka.
Sesuai dengan undangan dari panitia bahwa shalat id akan dilaksanakan pada pukul 07.00 WIB. Oleh karena itu jam 05.30 kami sudah berangkat dari rumah, sebagai bentuk ikhtiar untuk menghindari kemacetan meskipun hari ini juga hari Sabtu. Alhamdulillah, kurang dari 30 menit kami sudah tiba di lokasi. Dan subhanallah suasana sudah sangat ramai. Dan saya dapat shaf nomer 3 dari depan. Alhamdulillah…
Tepat pukul 07.00 WIB shalat Id dimulai, kemudian dilanjutkan dengan khutbah Idul Adha oleh Ketua Badan Pembina YPI Al Azhar, Prof.Dr H.Jimly Asshiddiqie, SH, khutbah kali ini tentang Pemimpin Yang Berkeadilan. 

Alhamdulillah…berkesempatan untuk sekaligus menuntut ilmu. Bagian yang sangat mengesankan bagi saya adalah penggalan kisah pada zaman kepempimpinan Khalifah Abu Bakar. Dimana pada masa itu Umar bin Khattab diangkat menjadi qadhi di kota Madinah. Setelah satu tahun menjabat, Umar bin Khattab datang menghadap khalifah Abu Bakar guna menyampaikan maksud untuk menyerahkan kembali jabatannya itu kepada khalifah. Khalifah merasa heran dan bertanya, “Apakah engkau merasa berat menjadi qadhi ya Umar?” Umar menjawab, “Bukan ya Khalifaturrasul, melainkan kaum mukminin sama sekali tidak membutuhkan pengadilan. Semua warga kita sudah mengerti apa yang menjadi hak mereka, dan mereka tidak menuntut lebih dari hak mereka; dan apa yang menjadi kewajiban bagi mereka, merekapun tidak berusaha untuk menguranginya.”
Semua warga menyukai untuk sesama mereka apa yang mereka sendiri sukai untuk diri mereka sendiri. Jika ada yang hilang, mereka akan mencarinya. Jika ada yang sakit mereka akan menjenguk. Jika ada yang membutuhkan mereka akan datang menolong. Jika ada keperluan, mereka saling membantu. Jika ada yang terkena musibah, mereka turut berduka. Dan dalam beragama mereka pun penuh toleransi, dan dalam perilaku mereka saling mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Maka bagaimana mungkin mereka mau bersengketa di pengadilan?
Subhanallah… Dan kamipun terngiang dengan kisah itu hingga kini… Ya Rabb, kami bersyukur Engkau karuniakan kesempatan untuk mendengar kisah ini. Dan kini kami memohon kepada-Mu Ya Rabb... beri kami dan para pemimpin kami kemampuan untuk meneladaninya... Aamiin...