Wednesday, July 22, 2015

Lebaran 2015 : Nasihat Simbah Tentang Urip Bebrayan



Selain shalat Id, ada satu hal lagi yang tidak bisa dipisahkan dari lebaran, yaitu 'sejarah' alias silaturahim. Mengunjungi rumah tetangga dan juga rumah saudara-saudara, salam-salaman saling memaafkan. Setiap rumah membuka pintu dan menyediakan hidangan lebaran. Melimpah ruah di mana-mana. Alhamdulillah....

Kamipun juga melakukan hal yang sama. Bersilaturahim ke rumah yang tua dan juga yang muda. Alhamdulillah, bisa menikmati beberapa hidangan lebaran khas daerah, seperti rengginang, madu mongso, roti matahari, dan lain-lain. Dan sering kali juga mendapatkan wejangan dari Simbah-simbah. Kali ini mendapat wejangan tentang 'urip bebrayan' alias hidup berumah tangga. Berikut kutipan nasihat simbah yang bisa saya rekam. 

Bahwa dalam hidup berumah tangga itu ada 3 hal penting yang perlu diingat :
1.   Nek olehe sithik, yo piye carane mbagi trus dipangan bareng-bareng
2.   Nek olehe akeh, yo piye carane nggunake bareng-bareng
3.   Nek durung ono, yo piye carane nggolek bareng-bareng.
Jadi kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia kira-kira artinya begini. Dalam hidup berumah tangga jika rejeki yang diperoleh sedikit, ya dibagi bersama antara suami dan istri untuk dimakan bersama-sama. Jika rejeki yang didapat banyak, maka bagaimana caranya memanfaatkan bersama-sama, tidak didominasi oleh satu pihak saja. Dan jika masih ada yang kurang, maka berusaha mencari bersama-sama, saling bahu membahu. Namanya hidup berumah tangga itu pasti adalah selisih satu sama lain, tapi piye carane siji lan sijine iso ngalah alias jadi bagaimana caranya satu sama lain saling mengalah. Uwoooo...super sekali...

Lebaran 2015 : Shalat Idul Fitri di Lapangan



Merayakan Hari Raya Idul Fitri di tanah kelahiran adalah sesuatu yang istimewa. Alhamdulillah tahun ini pun kembali diberikan kesempatan untuk menikmati hal yang sama. Persiapan sudah dimulai sejak 3 bulan sebelum hari raya dengan ikut serta berburu tiket kereta api yang konon katanya perlu perjuangan untuk mendapatkannya :). Kenapa konon katanya? Karena kebetulan saya sendiri dibantu teman saya untuk mendapatkannya. Alhamdulillah, dapat juga.

Dan hari yang dinantipun tiba. Mudik. Bersiap diri sedemikian rupa agar tidak ketinggalan kereta. Akhirnya kami putuskan untuk naik taksi dari rumah ke stasiun. Satu hal membuat kami terkesan alias heran yang luar biasa bercampur prihatin adalah ketika sopir taksi yang datang menjemput kami sebelum waktunya minta kepada kami untuk menghidupkan argo, sambil menunggu kami selesai persiapan. Heran... Karena baru kali ini ada sopir taksi yang bertanya hal 'aneh' seperti itu. Padahal ini bukan taksi ecek-ecek, tetapi taksi yang saat ini mendominasi di mana-mana. Astaghfirullah...

Alhamdulillah...kereta tiba tempat pada waktunya. Kami tiba  di kampung satu hari sebelum Idul Fitri atau kalau tetangga saya bilang pas ‘megengan’, yaitu satu hari menjelang Idul Fitri dimana orang banyak melakukan tasyakuran dengan membagi-bagi makanan. Jadi  makanan melimpah dimana-mana. Ini satu momen yang khas di daerah kami. Dan malam harinya takbir menggema di mana-mana. Ada yang takbir di mushola atau di masjid, ada juga yang takbir keliling. Lampu-lampu berkelap-kelip di sepanjang jalan desa sejak menyambut ramdhan. Menambah suasana semakin semarak. Panitia zakat fitrah wara-wiri membagikan zakat.
 
Dan esok harinya...dengan semangat empat lima, bersiap diri bersama keluarga untuk melaksanakan shalat Idul Fitri di jalan raya dekat perempatan. Ada yang membawa tikar ada yang membawa kertas koran sebagai alas. Mulai dari anak-anak hingga orang tua berduyun-duyun berdatangan untuk menunaikan shalat Id. Benar-benar menjadi media untuk bersilaturahim juga. Yang menjadi imam dan khatib adalah ulama dari sini.

Setelah shalat Id kemudian dilanjutkan dengan acara bersalam-salaman. Saling memaafkan semua kesalahan. Semua tersenyum bahagia. Alhamdulillah. Semoga kita dipertemukan kembali dengan Ramadhan dan Idul Fitri tahun depan. Aamiin... Mohon maaf lahir dan batin :)