Ini mungkin bukan merupakan sesuatu yang aneh yang sering di alami seseorang. Melupakan nikmat yang telah dikaruniakan kepada dirinya, dan menghitung berapa banyak keinginan yang belum bisa dicapainya. Efeknya ketika melihat pencapaian orang yang lain, yang mungkin diatasnya maka dia kemudian berpikir ‘alangkah bahagianya jika aku seperti dia’.
Ini adalah hari pertama kuliah di semester ganjil , setelah hampir dua bulan libur semester genap. Dan rupanya setiap mahasiswa punya agenda masing-masing untuk mengisi liburan tersebut. Ada yang berencana pulang kampung, pergi berwisata dengan keluarga, pun ada pula yang mengisinya dengan mengikuti kuliah semester pendek untuk memenuhi target agar cepat lulus. Suatu pagi, didalam kelas sebelum kuliah dimulai, para mahasiswa asyik bercerita. Hampir semuanya menceritakan kegiatannya sewaktu libur semester genap kemaren. Disela-selanya ada yang membagikan oleh-oleh dari kampung halamannya, yang dari palembang bawa empek-empek, yang dari medan bawa bolu meranti, yang dari malang bawa keripik apel, yang dari kediri bawa stik tahu, yang dari jogja bawa bakpia patok, yang dari semarang bawa lumpia, yang dari bontang bawa manisan, yang dari samarinda bawa krupuk amplang, yang dari sulawesi bawa kacang goyang, yang dari tegal bawa telur asin, wah pokoknya komplit deh, menu Indonesia Raya.. oh iya hampir lupa...Ada yang tidak mau ketinggalan untuk berpartisipasi...yang dari ponorogo bawa sate ayam dan brem. Ya walaupun brem dari Madiun, tapi gapapa lah..Madiun Ponorogo kan berdekatan... J . Diantara kesibukan kita menikmati makanan yang enak luar biasa karena rasa mbayar (baca :rasah mbayar alias gratis).. Ada juga teman yang membagikan gantungan kunci berbentuk singa yang lagi memuntahkan air. Yakinlah... semua pasti tahu dari mana asalnya itu gantungan kunci. “Wah, habis liburan ke Singa**** ya Chan??? Asyik dunk?” tanya salah seorang teman kami, ketika menerima oleh-oleh itu.”Woww...berapa hari disana Chan? Trus jalan kemana aja Chan? Ke Orchard, Marina Bay, Shenton Way, Raffles Place, Bugis, Chinatown, atau Little india? Itu kan tempat yang asyik buat belanja Chan... Hemm, dasar anak ekonomi ya pikiran langsung belanja dan belanja. (Hehe..maksudnya teman-temanku gitu..so, jangan protes ya anak ekonomi yang lainnya..“Iya, tapi gak kemana-mana. Kemaren itu kita nganterin Papa operasi jantung di sana.” Jawab Chanchan. Aku yang tadinya tidak terlalu merisaukan pertanyaan dari teman-teman kepada Chanchan, tiba-tiba jadi tersentak oleh jawaban yang disampaikan Chanchan.
Chanchan yang kutahu selama ini hidup penuh dengan fasilitas dan keluarga yang menyayanginya, ternyata disitu ada ayahnya yang sedang sakit jantung. Aku yang selama ini berpikir bahwa enak ya menjadi Chanchan, mau ini, mau itu, mau pergi kesini, mau pergi kesitu, kayaknya ada dan mudah untuk mendapatkannya. Beda mungkin dengan aku yang kalau ingin sesuatu harus berjuang dulu. Namun jawaban Chanchan di pagi itu, benar-benar menyadarkanku. Astaghfirullah... Engkau benar-benar Maha Tahu apa yang terbaik bagi hamba-hamba-MU Ya Rabb.. Apa yang tepat bagi hamba-Mu Ya Rabb..termasuk aku. Karena andaikan Engkau mengabulkan keinginanku untuk menjadi seseorang (misalnya menjadi Chanchan), semua fasilitas memang ada, tapi belum tentulah aku sanggup juga menerima segala konsekuensi menjadi seorang Chanchan, menghadapi ujiannya , ayahnya sakit jantung. Kalau orang jawa bilang sawang sinawang.