Menceritakan kembali apa yang dicerikan oleh teman kantor saya. Entah kenapa saya selalu suka menyimak setiap cerita teman2 di kantor dan kemudian merekamnya dalam otak saya (tapi kententuan dan syarat berlaku lho, artinya menjadi mesin perekam yang baik, tidak asal rekam gitu.. J). Seperti cerita siang ini. Si Ibu teman kantorku menceritkan tentang cucunya. Hemm, langsung ambil posisi siap menyimak aku mengetahui kalau beliau akan menceritakan cucunya. Pasti ada yang seru nih pikirku.
Dan si Ibu pun memulai ceritanya. “Mbak ning, kemaren itu saya dilarang kerja sama cucu saya. Katanya saya disuruh di rumah aja nemenin dia main” . “Si kakak ya Bu?” spontan aku langsung menebak. Yakin seratus persen kalau jawabanku bakalan benar. Karena beliau hanya punya dua cucu, si adek dan si kakak. Si adek kan baru kemaren berumur satu tahun, jadi gak mungkinlah tanya begitu. Lha wong bicara aja belum bisa. Pastilah si kakak. Aku sudah kenal dengan cucu beliau yang kupanggil si kakak, karena aku mengikuti bahasa yang disampaikan dalam keluarga si Ibu. Dia adalah anak kecil yang cantik, pinter, dan ramah lho.. Buktinya sama teman satu ruangan aja kenal. Padahal usianya masih 4 tahunan. Makanya si kakak juga kenal aku lho..hehe... Lanjut ya ceritanya... Si Ibu lalu menjawab, “Iya...trus saya jelaskan ke dia, nenek kalau gak kerja gak punya uang buat jalan2 sama kakak.”
“Tahu ga mbak ning dia jawab apa?” kata si Ibu berbalik tanya kepadaku, seolah ada misteri besar di balik protesnya si kakak atau kejutan lah mungkin tepatnya. “Emang si kakak jawab apa Bu?” kataku, bukan jawaban tapi malah balik bertanya. Dasar tidak mau mengakui ketidak tahuan aku ini.hehe... “Dia bilang kalau mau dapat uang itu nenek gak usah kerja, tapi nenek ke ATM aja. Kan nenek biasanya ambil uangnya ke ATM.” Wah, saya langsung kaget. Pinter juga ya si kakak. Si Ibu terus melanjutkan ceritanya “Trus saya bilang kedia mbak ning, ATM itu gak ada uangnya kalau nenek ga kerja. Eh, dia langsung jawab : Lho..dulu itu nenek gak kerja (ketika cuti) tapi tetap ada uangnya di ATM.”
Subhanallah...Wah, semakin kagum aku dengan si kakak. Mungkin semua itu menjadi tidak benar kalau yang menjawabnya anak gedhe, tapi kalau anak kecik seusia kakak, semua yang diungkapkannya itu benar dalam logika dia. Dan kita pun sebagai orang dewasa harus mencoba berpikir atau melogika dalam sudut pandang dia. Tidak serta merta marah dan menyalahkan jawabannya. Karena selama ini memang si kakak tidak pernah melihat kalau sepulang kerja itu si Ibu bawa uang. Jujur saya kagum dengan si Ibu dalam menjelaskan ke cucunya setiap kali dia bertanya. Ibu terima kasih atas pelajaran hari ini... J
Menjelang hari kebangkitan nasional
190511-NingSavin-
Belajar dan Belajar
0 comments:
Post a Comment