Sunday, October 5, 2014

Shalat Idul Adha di Lapangan Masjid Agung Al Azhar

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahi Al-Hamd… Alhamdulillah...suatu nikmat yang tiada terkira kami disampaikan kembali pada Idul Adha 1435H. Diringankan hati dan langkah kaki untuk memunaikan kembali shalat Idul Adha di suatu tempat yang telah Allah takdirkan untuk kami, di Lapangan Masjid Agung Al Azhar.
Lapangan Masjid Al Azhar
Ini sekaligus menjadi pengalaman pertama kami, shalat Idul Adha di tempat ini. Di tempat bersejarah, seorang ulama ternama, Buya Hamka.
Sesuai dengan undangan dari panitia bahwa shalat id akan dilaksanakan pada pukul 07.00 WIB. Oleh karena itu jam 05.30 kami sudah berangkat dari rumah, sebagai bentuk ikhtiar untuk menghindari kemacetan meskipun hari ini juga hari Sabtu. Alhamdulillah, kurang dari 30 menit kami sudah tiba di lokasi. Dan subhanallah suasana sudah sangat ramai. Dan saya dapat shaf nomer 3 dari depan. Alhamdulillah…
Tepat pukul 07.00 WIB shalat Id dimulai, kemudian dilanjutkan dengan khutbah Idul Adha oleh Ketua Badan Pembina YPI Al Azhar, Prof.Dr H.Jimly Asshiddiqie, SH, khutbah kali ini tentang Pemimpin Yang Berkeadilan. 

Alhamdulillah…berkesempatan untuk sekaligus menuntut ilmu. Bagian yang sangat mengesankan bagi saya adalah penggalan kisah pada zaman kepempimpinan Khalifah Abu Bakar. Dimana pada masa itu Umar bin Khattab diangkat menjadi qadhi di kota Madinah. Setelah satu tahun menjabat, Umar bin Khattab datang menghadap khalifah Abu Bakar guna menyampaikan maksud untuk menyerahkan kembali jabatannya itu kepada khalifah. Khalifah merasa heran dan bertanya, “Apakah engkau merasa berat menjadi qadhi ya Umar?” Umar menjawab, “Bukan ya Khalifaturrasul, melainkan kaum mukminin sama sekali tidak membutuhkan pengadilan. Semua warga kita sudah mengerti apa yang menjadi hak mereka, dan mereka tidak menuntut lebih dari hak mereka; dan apa yang menjadi kewajiban bagi mereka, merekapun tidak berusaha untuk menguranginya.”
Semua warga menyukai untuk sesama mereka apa yang mereka sendiri sukai untuk diri mereka sendiri. Jika ada yang hilang, mereka akan mencarinya. Jika ada yang sakit mereka akan menjenguk. Jika ada yang membutuhkan mereka akan datang menolong. Jika ada keperluan, mereka saling membantu. Jika ada yang terkena musibah, mereka turut berduka. Dan dalam beragama mereka pun penuh toleransi, dan dalam perilaku mereka saling mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Maka bagaimana mungkin mereka mau bersengketa di pengadilan?
Subhanallah… Dan kamipun terngiang dengan kisah itu hingga kini… Ya Rabb, kami bersyukur Engkau karuniakan kesempatan untuk mendengar kisah ini. Dan kini kami memohon kepada-Mu Ya Rabb... beri kami dan para pemimpin kami kemampuan untuk meneladaninya... Aamiin...

0 comments:

Post a Comment