Tuesday, January 19, 2016

Kucing



Ketika kecil saya memiliki kucing yang sangat saya sayangi. Namanya Menis. Ngga tau kenapa semua orang di rumah waktu itu memanggilnya Menis, dan saya kecil otomatis ikut-ikutan memanggil dengan panggilan yang sama. Menis adalah kucing kampung, baik dan ngga pernah mencuri makanan. Hari demi hari berlalu dan akhirnya Menis meninggal dunia, karena sudah tua. Dan sejak saat itu saya tidak pernah memelihara kucing lagi....


Beberapa waktu belakangan tiba-tiba ada seekor anak kucing yang datang ke rumah orang tua saya. Datang dalam keadaan sekarat, kelaparan dan ketakutan. Entah apa yang pernah dialaminya sehingga dia begitu takut ketika  ada orang yang mendekatinya. Kasihan banget... kucing itu kemudian dirawat dengan Bapak saya. Diberi susu, dan makanan kesukaan kucing. Hari demi hari berlalu, kini kucing itu telah tumbuh menjadi dewasa dan memiki anak. Dia mempunyai anak 2 ekor. Sehat-sehat dan lincah-lincah. Dengan demikian sekarang ada 3 ekor kucing di rumah Bapak. Semua dirawat dengan penuh kasih sayang :)
Pada suatu ketika salah satu anak dari kucing itu masuk kamar saya dan tertidur di kasur. Saya pandangi, tidurnya sangat pulas, sehingga jadi tidak tega untuk membangunkannya. Mungkin kucing ini benar-benar lelah, dan akhirnya saya pun keluar kamar dan tidak jadi tidur. 
Karena ingin mengambil sesuatu, kemudian saya masuk kamar lagi. Dan saya melihat pemandangan yang berbeda. Kucing itu pindah tidur di lantai. Hemmm... apa tadi sebenarnya diam-diam dia tahu ya kalau saya melihat dia ketika tidur di kasur?  
Dan lagi-lagi karena merasa harus ada lagi yang diambil, saya masuk ke kamar. Kali ini si kucing sudah tidak ada lagi. Tak ada di tempat tidur dan tidak ada di lantai. Lho kemana.... Saya liat di kolong-kolong tempat tidur juga tidak ada. Mungkin dia sudah keluar kamar. Tapi pintu kamar saya tutup. Saya tengok sana sini berkali-kali. Dan terdengarlah lirih suara kucing. Saya pikir si kucing berada di luar rumah. Namun ternyata juga tidak ada. Kemudian saya liat bantal bergerak-gerak. Masyaa allah.... ternyata si kucing berada di dalam sarung bantal. Dan sedang kebingungan mencari jalan keluar. Kaget... sekaligus geli... :D. Mari sayangi kucing.... 

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah bersabda, ”Barangsiapa tidak menyayangi siapa (yang berada) di bumi maka tidak menyayanginya siapa (yang berada) di langit”. (Riwayat Ath Thabarani, dan dishahihkan oleh Al Hafidz As Suyuthi)

Oleh-oleh dari Timor Leste



Timor Leste. Alhamdulillah... atas izinNya sampai juga di negara ini pada tahun 2015 kemaren. Kami masuk Timor Leste melalui jalur darat, Atambua. Ingin rasanya kala itu juga langsung menuliskan kalimat demi kalimat tentang pengalaman perjalanan saya. Tapi apa mau dikata, akibat menunda-nunda, akhirnya baru kesampaian di tahun berikutnya :)
Tugu Timor Leste
Di pintu gerbang perbatasan Atambua-Timor Leste ada tugu yang dibangun oleh Republica Democratica de Timor Leste. Bagi saya pribadi, tak lengkap rasanya jika sudah sampai di Timor Leste tapi tidak foto di tugu ini. 
Benteng Peninggalan Portugis
Setelah berfoto di depan Tugu Timor Leste kemudian perjalanan lanjut ke Benteng peninggalan Portugis. Lagi-lagi yang namanya foto-foto tak boleh dilewatkan :D
Spring Valley
Spring valley salah satu oleh-oleh dari Timor Leste. Minuman ini paling ngetop disini yang diimpor dari Australia. Jus manggga yang dicampur pisang. Enak rasanya, kentel. Harganya 2 USD per botol. Namun jika tidak membawa dolar boleh juga kita bayar dengan menggunakan rupiah. Yang secara otomatis akan di kurs kan sesuai dengan nilai tukar rupiah ketika kita beli. Begitu juga dengan pengalaman saya waktu itu, karena 1 USD senilai Rp 14.000,- jadi harganya Rp 28.000,-

Monday, January 18, 2016

Cerita Cinta di Atambua



Ini adalah untuk kedua kalinya saya pergi ke kota Atambua. Ibukota kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Berangkat dari Jakarta pukul 08.40 WIB dan tiba di Bandara El Tari Kupang pukul 12.40 WITA. Jadi kira-kira membutuhkan waktu 3 jam dengan menggunakan pesawat langsung dari Jakarta ke Kupang alias tanpa transit.
Begitu tiba di Kupang, saya sudah ditunggu oleh seorang teman yang datang untuk menjemput. Namun seandainya tidak dijemput, kita tak perlu khawatir  karena di bandara ini banyak sekali taksi bandara, mobilnya bukan sedan, namun sejenis avanza atau xenia. 
Cinta dari Atambua
Dari Kupang perjalanan kami lanjutkan ke daerah tujuan, Atambua, Kabupaten Belu. Selama perjalanan kami melewati jalanan yang berkelok-kelok, meskipun berkelok namun jalannya sungguh bagus mulus. Disini ilmu perjalanan yang telah saya tekuni selama hampir lima tahun belakangan ini di daerah Sulawesi Tengah akhirnya terpakai kembali, menyusuri jalan berliku :). Cuma disini jalannya lebih lebar dan lebih bagus. Kami melewati Kota Soe yang merupakan ibu kota kabupaten Timor Timur Selatan (TTS) dan Kota Kefamenanu yang merupakan ibu kota kabupaten Timor Timur Utara (TTU). Setelah menempuh perjalanan sekitar tujuh jam, tibalah kami di Kota Atambua sekitar jam 23.00 WITA. Langsung mencari penginapan, karena ngantuk mulai sangat terasa, kasur mana kasur... Alhamdulillah dapat penginapan di Hotel Matahari, Jalan Ade Irma. Kamarnya besar, bersih dan harga terjangkau :).
Keesekon harinya kami dijemput kembali untuk menuju instansi yang harus kami tuju. Alhamdulillah... Kami diterima dengan sangat baik oleh Kepala Dinas. Berdiskusi tentang ini dan itu. Oia, kami juga dikalungin selendang dan kain tenun dari sini. Kaget, seperti pejabat saja. Hehehe... Menurut penjelasan dari teman-teman kami disini,ternyata ini merupakan cara penyambutan terhadap tamu. Terharu rasanya....

Dikalungi Selendang :)
Begitu urusan di dinas telah selesai kami lanjutkan perjalanan ke Desa Fatuba’a, Kecamatan Tasifeto Timur. Di sini sudah menanti masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani. Setelah beberapa kali melewati jalan berliku, tibalah di tempat tujuan. Maksud hati mau langsung memakir mobil di depan kantor. Namun salah satu teman yang mengantar kami mengatakan agar kami cukup berhenti di depan pintu masuk saja. Nanti mereka yang akan menghampiri kita. Hemmmm... ada apa ya.... Karena ngga tahu apa-apa akhirnya kita nurut saja. Yang kami liat di depan kantor sudah berkumpul bapak-bapak dan ibu-ibu. Ramai sekali... Dan apa tak lama kemudian, ini yang terjadi…. 
Tarian Penyambutan Tamu

Tarian Penyambutan Tamu
Para mama-mama (baca:ibu-ibu) berjalan menghampiri kami, membuat barisan berjajar dua. Setelah benar-benar dekat mendekati kami, mama-mama itu mulai memainkan alat musik yang mereka pegang di tangan kiri mereka. Tak hanya itu mereka juga menari. Tarian untuk penyambutan tamu, begitu teman kami berbisik. Pokoknya kami nurut saja jalannya acara. Dan lagi-lagi kami dikalungi lagi selendang. Selendang yang kemudian kami ketahui bahwa itu buatan mereka sendiri. Surprise, terharu, bahagia...alhamdulillah... terima kasih banyak teman.... :) 
Terima kasih Mama