Wednesday, June 22, 2011

Hari ini.. Kakek itu guruku

Jam 7.30 aku berangkat dari rumah. Jalan kaki menelusuri  jalan di ‘kampungku’ menuju jalan raya, tempat angkot merah itu berlalu –lalang. Sampai di pinggir jalan raya aku tidak perlu menunggu lama, angkot merah itu datang juga. Bismillah... Longgar banget, penumpangnya hanya aku. Dari tempatku hingga lampu merah pertama, lalu lintas cukup lancar. Setelah itu jalanan ibarat show room berjalan. Lalu lintas padat banget. Angkot yang kutumpangipun menyesuaikan lajunya. Pelan-pelan.. dan sering berhenti.
Menjelang lampu merah kedua tiba-tiba ada seorang kakek naik ke angkot dengan membawa kardus berisi rokok, tisyu, dan beberapa minuman berenergi. Kardus itu diberinya tali dikanan kiri, lalu dikaitkan kelehernya. Kayaknya penabuh drumband gitu lah.. Wajahnya yang tua mengguratkan kelelahan, namun senyum dan semangatnya tak ikut pudar bersama kelelahan itu. “Ini daripada nganggur Neng... Daripada Cuma bengong di rumah. Dulu sih saya supir.” Beliau tiba-tiba berucap begitu tanpa kutanya. Seolah beliau tahu apa yang tersembunyi dalam hatiku. Tangannya mengangkat topi usang yang melindungi kepalanya dari panas dan debu jalan raya. Kemudian dia membuka kotak dan mengambil air minumnya.  “ Saya ini banyak minum neng...” ucapnya lagi kepadaku. Dan akupun tersenyum kepadanya sambil menjawab, “iya pak, air putih (baca: bening) bagus untuk kesehatan”.  Sambil sama-sama menunggu angkot yang kami tumpangi sampai di tujuan Bapak itu terus bercerita tentang semangatnya dalam menjalani hidup ini.
Allahu akbar.... orang ini luar biasa. Dalam usia yang sudah seharusnya istirahat dari bekerja, beliau tetap semangat untuk bekerja. Beliau tidak mau hanya berpangku tangan dan mengharap belas kasihan dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Ditengah hiruk pikuk kota ini, ditengah kemalasan yang banyak melanda sebagian kaum muda saat, beliau tetap semangat untuk bekerja. Tak ada keluh kesah,tak ada putus asa. Semangat dan semangat. Aku jadi merasa malu... Malu karena semangat ini seringkali surut oleh deburan ombak kemalasan.. Malu karena rasa syukur ini seringkali terbang bersama pikiran yang mengawan.. Ya Allah berkahilah kakek  itu...

0 comments:

Post a Comment