Ini adalah untuk yang pertama kalinya, meskipun sudah hampir dua tahun aku tinggal di Jakarta. Menikmati angkutan umum sepulang kerja. Bener-bener crowded dimana-mana. Terutama pintu-pintu masuk tol. Seperti Jumat sore ini kuluangkan waktu untuk mengunjungi saudara di daerah Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur. Dari Ragunan aku naik busway,padahal sudah dipesenin sama suami untuk naik taksi saja karena di kuningan rame. Masa sih? Tidak langsung percaya karena belum pernah merasakannya. Maklum kantor berada disamping rumah (kontrakan) kita. Jadi ga pernah merasakan namanya macet. Dari Ragunan kemudian aku turun di halte Kuningan Timur. Karena memang tidak ada busway yang langsung dari Ragunan ke Halim (PGC). Setelah itu transit ke halte Kuningan Barat untuk naik busway yang menuju PGC (Pusat Grosir Cililitan). Diluar dugaanku ternyata halte ini penuh sekali. Panjang antriannya mungkin sekitar 10 meter.Wah, jam berapa aku dapat buswaynya. Padahal sekarang sudah jam 17.45. Langsung kepikiran untuk keluar saja dari halte ini dan mencari alternatif kendaraan. Tanpa sengaja didekat shelter kuningan barat aku melihat bus besar jurusan ke UKI –Grogol. Kenek bus sudah teriak-teriak-teriak, “UKI..UKI..UKI.., Kosong..kosong..” UKI sudah dekat dengan Halim. Akhirnya aku naik bus besar ini. Alhamdulillah dapat tempat duduk. Jadi walaupun jalanan macet tidak terlalu berasa dicapek dibandingkan yang berdiri. Tit tit... Hp ku berbunyi. Sebuah pesan masuk ke hp : “Dinikmati saja Mi.. J _Abi_”. Bener deh apa kata suamiku. Kalau sudah macet begini, mau apa selain menikmatinya. Kalau mengeluh malah tambah capek. Bukan capek fisik aja tapi juga capek hati dan pikiran. Bisa rugi sendiri.
Setelah menempuh perjalanan 45 menit akhirnya sampai juga di UKI. Bukan jauhnya jarak yang membuat perjalanan ini terasa lama, tapi karena kemacetan yang ada. “UKI..UKI... terakhir..terakhir” kembali si abang kenek teriak-teriak mengingatkan penumpangnya. Dan hari sudah berubah menjadi gelap. Bimbing aku Ya Allah.. (Takut salah angkot). Dapat pengetahuan baru, rupanya bus besar yang kutumpangi ini tidak sampai grogol. Tapi putar balik lagi ke kuningan. Jadi memang untuk waktu-waktu tertentu, misalnya saat jam berangkat atau pulang kerja, bus besar ini hanya berputar aja UKI terus ke Kuningan Barat. Jadi keingat angkot M17 yang juga muter dari kolong tol TB Simatupang ke lampu merah Deptan. Alhamdulillah bus ini bisa jadi alternatif kalau shelter busway di kuningan barat penuh. Walau kita harus merogoh kocek lagi, Rp 2.000,- (data sebelum ada kenaikan BBM ya...hehe). Memang pengalaman itu mahal harganya, terkadang tidak cukup hanya dibayar dengan materi, tapi juga harus dibayar dengan waktu yang kita miliki. Renungkan Ning...
Alhamdulillah dapat satu tulisan, sambil menunggu kawan.
Foto : koleksi ningsavin
Follow @ningsriwiratri
0 comments:
Post a Comment