Wednesday, February 27, 2013

Ketika Tak Ada Lagi Pilihan, Maka Itulah Yang Terbaik

Dalam memilih segala sesuatu seseorang biasanya mempunyai beberapa pertimbangan. Misalnya saja dalam memilih rumah. Rumah yang itu bagus sih, halamannya luas, bangunannya bagus, dekat dengan sekolah, namun sayang berada di gang yang mobil tak bisa memasukinya. Kemudian ada lagi, bangunannya bagus, halamannya luas, harganya murah, jalannya lebar, namun sayang jauh dari masjid. Dan masih banyak lagi pertimbangan sehingga pada akhirnya tak menemukan seideal yang diharapkan, lalu berujunglah pada kebingungan. Apalagi ketika dihadapkan pada beberapa pilihan. Bukan makin mudah, namun makin sulit dan rumit untuk menentukan pilihan. Belajar dari pengalaman ini, cerita dan keluhan dari beberapa teman tentang berlikunya mencari tempat tinggal yang ideal. Akhirnya sampailah aku pada suatu kesimpulan. Ketika tidak ada lagi pilihan, sesungguhnya Allah tak ingin membuatmu bimbang, tak ingin membuatmu ragu dan tak ingin membuatmu bingung.
Pengalaman pribadi, tepatnya sejak tahun 2010 lalu aku dan suami  sudah mulai berusaha untuk mencari hunian di Jakarta. Pengennya yang tak jauh dari tempat kami bekerja. Dengan pertimbangan untuk menghemat tenaga agar tak lama terjebak dengan kemacetan Jakarta. Maka dimulailah pencairan itu. Menemukan  beberapa kali rumah yang dijual, tapi ujungnya tetap saja ngga jadi. Pun yang terakhir ketika Ibu Kos menawarkan salah satu rumahnya kepada kami, hampir saja  kami setujui. Namun ujungnya tetap juga ngga jadi. Dan yang terakhir kemaren diakhir bulan Desember 2012, akhirnya ketemulah rumah yan kami cari itu. Tinggal satu-satunya kavling yang tersisa. Yang lainnya sudah full booking. Pikir kami, wah tinggal sisa nih. Ngga ada pilihan lagi. Tapi entah mengapa hati ini begitu mantap untuk memilih kavling yang tinggal satu-satunya ini. Kalau orang jawa bilang, rumah itu memang jodoh-jodohan. Sebagus apapun kalau belum jodoh ya ngga bakalan ketemu.
Hari demi hari, ketika sampai pada suatu perenungan. Kami menjadi berpikir betapa Allah begitu menyayangi kami. Dan inilah jawaban dari doa yang kami latunkan selama ini. Memohon tempat tinggal yang terbaik bagi kami menurutNya. Rumah yang tidak hanya membahagiakan kami, tapi juga kedua orang tua kami, juga membahagiakan orang-orang yang menyayangi kami. Yang mendatangkan kebaikan demi kebaikan. Dan Allah menggerakkan hati dan langkah kami sehingga  sampailah kami disini. Ketika kami tanya pada satpam yang menjadi komplek ini, menurutnya sudah full booking. Hingga pada suatu ketika kami tanya ke marketingnnya bahwa masih ada satu unit kavling dikomplek ini.  Yang lain sudah memilih sesuai dengan kemantapan hatinya. Dan kami mendapatkan yang istimewa, karena Allah sendiri yang memilihkan untuk kami. Betapa yang lain tak berminat sama sekali dengan rumah ini, atau mungkin ada  seseorang yang membatalkan diri untuk rumah ini. Semua karena Allah ingin memperuntukkan rumah ini bagi kami. Semoga barokah... membeli rumah ini..
#edisi merenung di tengah panasnya Jakarta

0 comments:

Post a Comment