Tuesday, March 26, 2013

Stasiun Madiun : Panggenan Kagem Udud alias Smoking Area



Menunggu kereta di Stasiun Madiun, aku mana?
Cerita ini sebenarnya sudah terjadi beberapa waktu yang lalu. Namun baru sempat upload kali ini. Saatnya kembali ke Jakarta. Pilihan angkutan yang paling kami suka adalah kereta api dengan berbagai pertimbangan salah satunya adalah dekat dengan tempat tinggal kami, Ponorogo. Jadi tidak perlu tergesa-gesa alias kemrungsung. Selain itu suka juga dengan suasana stasiun yang bersih, ramah dan bersahabat. Banyak penumpang yang menunggu kereta sambil santai lesehan juga sambil bercakap dalam bahasa Jawa dengan penumpang lainnya. Akrab sekali, tanpa batas. 

Pecel Rp 3.000,- Murahnya... :)
Penjual asongan yang biasanya menjajakan makanan khas madiun alias nasi pecel juga berjualan dengan ramah. Murah banget lho, satu bungkus nasi cukup dengan Rp 3.000,- Dibungkus dengan daun pisang membuat rasanya semakin mak nyus. Biasanya selain jualan nasi pecel mereka juga melengkapinya dengan lauknya, peyek dan krupuk lempeng. Murah juga satu bungkusnya cukup dengan Rp 2.000,- Dan akupun ikut duduk lesehan di dekat musholla stasiun sambil menikmati pemandangan ini, adem rasanya kalau melihat suasana kanan kiri juga adem, subhanallah..

Panggenan Kagem Udud alias Smoking Area
Petugas Kereta Api sudah memberi tahu bahwa gerbong satu berada di posisi paling depan. Berhubung aku dapat gerbong nomer satu di kursi nomer satu maka akupun berjalan menuju tempat kira-kira dimana kereta akan berhenti. Sambil menunggu kereta yang akan datang beberapa menit lagi, aku sempatkan melihat pemandangan di sekitarku, ternyata aku berada didekat tempat untuk merokok. Ada papan bertuliskan "Panggenan Kagem Udud" alias Smoking Area, mantap...Madiun banget...Kalimat ini kalau dalam bahasa Jawa merupakan kalimat yang tinggi, artinya kalimat yang ditujukan kepada orang yang dihormati atau untuk menghormati orang. Luar biasa...begitu santunnya...

Nambah Koleksi : Gantungan Kunci dari Vietnam



Alhamdulillah dapat yang hijau :)

Alhamdulillah, baru saja dapat oleh-oleh gantungan kunci dari Mbak Anissa, Country Programme Facilitator IFAD Indonesia. Beliau habis pergi dari Vietnam.Walau belum pernah ke Vietnam minimal sudah dapat oleh-olehnya duluan. Aku yakin bukanlah orang satu-satunya yang ada dalam hati dan ingatan Mbak Nisa, namun aku bersyukur karena termasuk salah satu orang yang masuk dalam ingatannya saat berbelanja di sana. Salah satu berkah dari silaturahim. Semoga suatu saat bisa pergi ke sana beneran pada waktu terbaik yang sudah Allah tentukan. Aamiin. Hehehe. Ngarep.com

#terima kasih Mbak Anissa, ditunggu oleh-oleh berikutnya :)

Thursday, March 21, 2013

Belajar Lagi : National Rountable Workshop and Indonesia Country Programme Evaluation



21 Maret 2013 di Hotel Mandarin Oriental

Alhamdulillah, hari ini (Kamis, 21 Maret 2013) dapat pengalaman baru lagi. Ikut menjadi peserta di National Rountable Workshop Indonesia Country Programme Evaluation di Hotel Mandarin Oriental Jakarta. Acara ini diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan. Keren..Nuansanya elegan, Indonesia banget. Mulai dari panitianya, backgroundnya, booknotenya, batik semua. Di sini aku bisa bertemu dengan teman-teman dari beberapa kementerian lain dan juga dengan orang-orang IFAD. Ssttt, ini adalah pengalaman yang kedua aku masuk Hotel Mandarin Oriental. Yang pertama juga baru kemaren, namun hanya sampai di lobby hotel saja, janjian dengan Ibu Ruth Farrant. Beliau adalah Director and Controller, Controller's and Financial Services Division, Financial Operations Department dari IFAD, Kemudian mengantar beliau ke BPKP.

Bu Juminah sedang presentasi
Oia, dalam kesempatan ini ada petani dari desa Mayajaya Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah yang presentasi lhooo..Subhanallah, heibat. Lancar banget dalam menyampaikan presentasinya. Ngga pakai "e....e...e...". Namanya Ibu Juminah. Beliau mempresentasikan tentang manfaat proyek READ bagi dirinya khususnya dan petani di Mayajaya pada umumnya. Sampai semua memberikan tepuk tangan pas beliau selesai presentasi. 

Workshop Kit
Dan aku  datang disini salah satunya juga untuk memberikan semangat kepada Ibu Juminah ini.Eh bukan ding, tepatnya aku mau belajar dari Bu Juminah. Bagaimana beliau presentasi didepan para hadirin yang berasal dari dalam dan luar negeri dengan begitu tenangnya. Hidup petani Indonesia. Majulah petani Indonesia...  

Friday, March 15, 2013

Selama di Jakarta sudah Khatam Berapa Kali?


Jumat, 15 Maret 2013
Ting..... Hapeku berbunyi. Bukan sms bukan bbm, ternyata info kalau aku dapat pesan dari facebook. Refleks segera kubuka dan kubaca isinya. Jlebbb. Kena deh aku. Ngga bisa ngomong apa-apa. Terdiam dan merenungi isi pesan ini: "Salam. Selama di Jkarta sudah khatam al-Qur'an berapa kali tadarusnya??? Atau mudah-mudahan sudah nambah banyak hafalanya...amiiin"

Ngga bisa ngomong. Istighfar sebanyak-banyaknya Ning... Ya Allah, terima kasih telah Engkau ingatkan aku hari ini melalui pesan yang dikirim oleh saudara saya yang jauh disana. Betapa indahnya ukhuwah ini. Saling mengingatkan dalam kebaikan. Tak membiarkan saudaranya terlena. Sepertinya beliau sangat memahami apa yang mungkin aku hadapi selama di Jakarta. Dikantor dari pagi hingga sore hari. Belum kalau terkena macet di jalan. Belum kalau harus menghadapi kesibukan di kantor hingga jam pulang pun mundur. Semoga makin banyak kesibukan, makin pintar dalam memanfaatkan waktu. 

#renungan sore ini didedikasikan khusus untuk aku, Ning.
#semoga tak pernah bosan mengingatkan diri yang sering lupa ini.

Thursday, March 14, 2013

Mari Ke Ponorogo 4 : Sate dan Gule Kambing



Gule Kambing
Sudah masuk dalam check list, sate kambing dan gule kambing adalah makanan yang wajib dinikmati.Kalau di Ponorogo makan gule atau gulai itu lauknya ya sate kambing. Keduanya adalah bagian yang tak terpisahkan :). Dimana jual gulai disitu jual sate. Jadi ngga ada warung-warung di Ponorogo yang jual sate kambing saja atau gulai saja. Gampang juga untuk menemukan warung sate gule ini. Hampir disetiap jalan ada yang jual. Bahkan sampai ke desa-desa. 
Sate yang sudah diambil tusuknya
Pikulan Terbalik
Yang unik dari warung sate gule itu adalah pikulan terbalik. Ya kalau dipikir, bagaimana cari memikulnya ya. Hehehe. Terus naruh gulainya di kuwali yang terbuat dari tanah. Traditional banget. Bikin makin yakin kalau masakan ini enak. Tempat duduk yang beli melingkari yang jual, ada didepan, samping kiri dan belakang penjual. Hemm... bikin suasana makin hangat. Kalau samping kanannya biasanya dipakai wira-wiri oleh pelayanan yang mengantarkan sate, atau memesan minuman. Terus saling ngobrol-ngobrol dalam bahasa Jawa, terasa banget keramahan disini. Mau makan aja permisi dulu dengan pembeli disebelahnya, "Monggo Bu, kula rumiyin", terus dijawablah sama pembeli disebelahnya"Oh nggih, monggo-monggo..", dengan senyum yang menyertai. Semoga suasana-suasana seperti ini senantiasa terjaga. Aku bangga jadi anak Ponorogo :D