Warung Bu Tiek, Depan Terminal Lama Ponorogo |
Kemaren
sampai di Stasiun Madiun jam 04.45, molor 45 menit dari jadwal yang tertera di
tiket. Tak apalah yang penting bisa sampai tujuan dengan selamat. Dari Stasiun
Madiun langsung menuju Ponorogo tercinta. Hemmm..alhamdulillah segarnya udara
pagi. Ditambah hijau hamparan padi dikanan kiri jalan kian menambah adem pagi
hari ini. Adem di mata adem di hati. Kuliner pertama yang dilakukan begitu
sampai di Ponorogo adalah makan pecel pincuk. Lauknya tempe goreng, pia-pia,
dan lentho. Minumnya teh anget. Mantep maknyus. Lima ribu rupiah, kenyang
wis.
Hari
berikutnya kuliner rujak petis, termaknyus di Ponorogo.Warung Bu Tiek. Kalau
dulu waktu aku kecil alamat di jalan Welirang, sekarang ada juga warungnya di
depan terminal lama Ponorogo. Inilah salah Ponorogo Fast Food. Rujak Petis.
Harganya low price banget, Rp 7.000,- per porsi. Selain rujak petis menu
andalan warung Bu Tiek adalah gado-gado. Harganya sama persis. Rp 7.000,- per
porsi. Selain rujak petis kita juga bisa menikmati minuman yang segar-segar
disini. Untuk minuman berkisar antara harga Rp 2.500,- sampai dengan Rp
4.000,-. Misalnya seperti es beras kencur, es dawet, es blewah harganya dan es
cao Rp 3.000,-. Apa itu es cao? Es cao adalah minuman yang terbuat dari kolang
kaling yang dicampur dengan juruh alias sirup dan perasan jeruk nipis. Sirupnya
ini dibuat khusus dari gula merah atau kadang gula putih yang diberi warna
merah. Wah, jadi haus membayangkannya. Jadi bawa uang Rp 10.000,- sudah kenyang
makan disini. Hehe. Padahal kalau makan rujak petis di Jakarta per porsinya
kisaran Rp 16.000,- sampai Rp 20.0000,-
Dan
kuliner yang paling dasyat berikutnya adalah menikmati masakan Ibuku dan Ibu
Mertuaku. Jangan Terong (baca : sayur lodeh terong), sambel bawang tempe, sego goreng, perkedel tahu. Hmm, enak banget, limited edition (karena khusus dibuat untuk anaknya),
dan gratis.
0 comments:
Post a Comment