Tuesday, February 18, 2014

Trip Tiga Pulau : Pulau Onrust #2nd



Pulau Onrust
Usai mengelilingi Pulau Kelor, perjalanan lanjut ke Pulau Onrust. Masih menggunakan kapal yang sama. Goyang kanan goyang kiri, kapal dinaikturunkan oleh gelombang, deg-degan juga, takjub juga. Subhanallah. Lagi-lagi ini merupakan pengalaman pertama mengarungi samudra dengan kapal sepeti ini. Kapal kayu nelayan. Saat diayun-ayun gelombang beberapa kawan yang ada dalam kapal terlihat mulai takut-takut. Aku menoleh ke nahkoda kapal yang ternyata tenang saja wajahnya bahkan senyum-senyum saja seolah menikmati ayunan gelombang ini. Ekspresi yang sama juga kulihat pada asisten nahkoda kapal ini. Dan akupun jadi ikut tenang. Mungkin ayunan ini tidaklah seberapa dibandingkan pengalaman yang sudah pernah mereka alami. Mungkin mereka heran, melihat nyali-nyali kami yang tak seberapa ini.
Pulau Onrust
Pulau Onrust juga masih merupakan bagian gugusan Kepulauan Seribu. Pulau ini berjarak sekitar 14 KM dari Jakarta. Menurut sejarah, nama onrust diambil dari bahasa Belanda yang berarti "tidak pernah beristirahat", unrest kalau dalam bahasa Inggris. Konon pulau ini dulu merupakan pelabuhan VOC dan markas tentara Belanda. Namun pada tahun 1930 difungsikan sebagai asrama haji. Bekas-bekas bangunan barak-baraknya masih bisa dilihat disini, termasuk bekas-bekas tiang-tiang penyangga tempat tidur. Konon barak ini dibangun pada tahun 1911. Disini terdapat 35 unit barak dan setiap baraknya berisi 100 orang.
Sisa reruntuhan ini merupakan barak karantina haji
Pada tahun 1972 pulau ini ditetapkan sebagai Pulau Bersejarah atau Suaka Purbaka oleh Gubernur DKI Ali Sadikin. Di pulau ini juga ditemukan beberapa makam, yang konon merupakan makan orang-orang Belanda. Kata orang pulau ini juga banyak dikunjungi oleh Belanda hingga saat ini, cuma pas kami kesana waktu itu ketemunya bukan turis dari Belanda tapi turis dari India. 
Penetepan Pulau Ornust sebagai Suaka Purbakala
Di Pulau ini juga ada komplek makam pribumi yang merupakan korban pemberontakan "Peristiwa Kapal Tujuh Provinsi" atau Zeven Provincien. Infonya bisa dibaca :
http://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_Kapal_Tujuh_Provinsi
Komplek Makan Pribumi Korban Pemberontakan Zaven Provincien

Trip Tiga Pulau : Pulau Kelor dan Benteng Martello #first



Alhamdulillah, syukur kepada Allah kali ini langkah  ini diijinkan oleh Nya untuk menginjakkan  kaki di Pulau Kelor dan Benteng Martello. Pengalaman pertama dan sungguh berkesan. Pulau Kelor adalah salah satu dari gugusan Kepulauan Seribu yang ingin saya datangi, salah satunya karena disini ada Benteng Martello. Sebuah benteng berbentuk lingkaran yang dibuat oleh Belanda (VOC). Tujuannya adalah untuk melindungi Batavia pada waktu itu dari serangan musuh. Pulau ini tidak terlalu luas, bahkan bisa dikatakan kecil kalau dibandingkan dengan Pulau Bidadari, Pulau Cipir ataupun Pulau Onrust. Namun pulau ini sungguh indah, air laut disekitarnya masih jernih, pasirnya putih, ombaknya juga tidak terlalu besar, dan Benteng Martello dulu merupakan satu-satunya bangunan yang ada di sini. Namun sekarang sudah ada bangunan baru yang dibuat disini, satu bangunan semacam dan beberapa bungalow. Untuk menjangkau tempat ini waktu itu saya naik kapal dari Muara Kamal, kemudian langsung menuju Pulau Kelor. Tidak setiap waktu kita bisa sampai ke Pulau Kelor namun tergantung gelombang air laut. Makin siang biasanya makin kencang. Karena pada waktu ada beberapa orang wisatawan yang gagal ke Pulau Kelor karena gelombang sudah tinggi. Dan ini adalah beberapa foto jalan-jalan saya di Pulau Kelor :
Salah satu hikmah dari jalan-jalan ini adalah dapat silaturahim dengan kawan baru. Mari foto bersama...


Tak seru rasanya jika tak berfoto di depan Benteng Martello. Maka walaupun pagi menjelang siang kala itu gerimis mengundang yang namanya foto-foto tetaplah semangat...





Thursday, February 6, 2014

Jalan-Jalan Ke Kalimantan Selatan : Wisata Pasar Apung Sungai Barito dan Wisata Alam Pulau Kembang#day 2



Bismillah…menepati janji untuk menuliskan petualangan hari ke 2 di Bumi Kalimantan Selatan. Kali ini benar-benar mruput alias pagi-pagi banget untuk pergi ke Sungai Barito. Jam 03.30 WITA sudah bangun, shalat tahajud dulu kemudian persiapan jalan-jalan sambil menunggu adzan subuh. Awalnya berencana untuk berangkat sebelum subuh dan shalat Subuh di Masjid Bersejarah Sutan Suriansyah, yang kebetulan letaknya di dekat dermaga klotok alias kapal kayu yang digunakan untuk menyisir Sungai Barito. Namun niat kami urungkan, dan kami memutuskan untuk shalat subuh di rumah saja. Kenapa harus pagi-pagi? Karena tujuan kami adalah Pasar Terapung yang berada di Sungai Barito, yang bukanya pagi-pagi, dan sudah mulai bubar jika agak siang sedikit. Momen seperti ini bagi petualang pemula seperti saya tentu sangatlah berharga sekali. Oleh karena itu jangan sampai terlewatkan.
Dan bada subuh kami langsung berangkat menuju jalan kuin, tempat dimana kami akan mulai menaiki klotok. Hari masih gelap, juga kecapekan karena kurang tidur dan efek kebanyakan jalan-jalan sebelumnya, di mobil rasanya teklak tekluk alias ngantuk berat. Tidur. Mobilpun tiba-tiba sudah sampai di jalan kuin, tepatnya di dermaga depan masjid Suriansyah. Mobil kami parkir di halaman masjid. Lalu kami menyewa klotok, Rp 200.000,- yang dibayarkan setelah turun dari klotok, karena para nahkoda itu tidak mau menerima dengan alasan belum melakukan apa-apa. Bismillah… ini adalah pengalaman pertama bagi saya naik kapal kayu seperti ini menyisir sungai Barito yang luasssss itu. Awalnya pelan dan makin lama semakin kencang, klotok melaju menuju Pasar Terapung. Sepanjang perjalanan saya melihat kanan-kiri. Rumah-rumah berdiri di tepi sungai. Dan yang mengagetkan bagi saya, ternyata orang-orang di bantaran sungai ini memanfaatkan air sungai untuk mencuci, mandi, buang air besar air kecil, dll. Sungguh mereka sama sekali tak memiliki rasa ketakutan atas pencemaran yang mungkin saja sudah mengkontaminasi air di sini.
Sesampainya di pasar apung saya menyaksikan beberapa kapal yang isinya dagangan seperti sayuran dan buah-buahan, bankan ada juga semacam warung yang juga di desain di kapal.Yang jualan disini kebanyakan Ibu-Ibu dan juga Bapak-Bapak.Mereka nampak perkasa di usianya yang sudah senja. Wajah tangguh, dibalut keberanian menapaki kehidupan yang sungguh dasyat seperti aliran sungai Barito ini. Beberapa kali kapal-kapal kecil mereka merapat dan membentur klotok yang saya tumpangi, bergoyang oleng, kemudian tangannya menggapai klotok yang saya tumpangi, dengan ramah dan bersahabat, dalam dialog bahasa banjar, mereka menawarkan dagangannya kepada kami. Bukan hanya kami, tapi juga kepada klotok-klotok yang lain mempunyai tujuan sama dengan kami. Allahu Akbar. Sayangilah para pahlawan keluarga ini Ya Rabb...
Sambil menikmati sepoi udara pagi Sungai Barito kami merapatkan klotok ke klotok yang menjual makanan, seperti warung terapung gitu...Menu sarapan pagi kali ini nasi kuning ikan haruan. Ikan haruan itu kalau di Jawa disebut juga ikan gabus kalau di kampung saya Ponorogo disebut juga iwak kutuk. Coba deh googling maka nanti akan muncul gambar ikan yang sama. Hehehe. Ikan haruannya dimasak berkuah merah, bersantan. Ini pengalaman pertama saya makan nasi kuning memakai lauk seperti ini, dinikmati diatas klotok pula. Subhanallah makin berkesan. Enam piring nasi ditambah 5 teh manis hangat dan satu teh tawar dihargai Rp 120.000,-
Belum selesai disini, klotok yang kami tumpangi kemudian melaju ke  yaitu Wisata Alam Pulau Kembang. Yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Pasar Terapung. Pulau Kembang adalah Pulau yang berada di tengah sungai barito, pulau ini dihuni buanyakkkkk banget kera. Kera-kera itu berkelompok-kelompok. Lucu juga mengamati tingkah polah kera-kera itu, ada yang sedang menggendong anaknya, ada yang sedang ambil kutu temannya, ada yang sedang asyik mengupas pisang, dan lain-lain. Tiket masuk pulau ini Rp 5.000,- per orang. Begitu masuk nanti akan ada orang yang menemani kita, menjaga kita dari kera-kera itu, jadi kita bisa mengitari pulau kembang dengan aman, insya allah. Kan ini bagian dari ikhtiar, soalnya meraka kan yang lebih mengenal daerah ini. Untuk biayanya tidak ada tarif tertentu, sesuai kerelaan kita saja. 
Pulang dari Pulau Kembang wisata kita lanjutkan untuk melihat Jembatan Barito. Cuma tidak sempat foto-foto disini karena jalanan sudah ramai. Sebagai warga negara yang baik harus mematuhi peraturan berlalu lintas dong...Mari belajar menjadi lebih baik, dimulai dari diri sendiri dan tanpa menunda-nunda..

Monday, February 3, 2014

Jalan-Jalan Ke Kalimantan Selatan : Pecal/Pencok Haji Hamsyah dan Soto Banjar Haji Anang#day 1



Soto Ayam Pak Siyo
Alhamdulillah... Kalimantan Selatan. Dengan izin Allah, alhamdulillah kaki ini disampaikan juga oleh-Nya untuk menapaki Bumi Kalimantan Selatan, salah satu provinsi yang berada di Pulau Kalimantan. Take off dari Jakarta jam 07.30 WIB dan landing di Bandara Syamsudin Noor jam 10.30 WITA. Bertepatan dengan long weekend jadi tidak menganggu pekerjaan di kantor. Begitu tiba di bandara kami langsung keluar karena sudah ada sahabat yang menjemput kami di bandara. Dan petualangan pun dimulai, bismillah…
Berhubung tadi pagi belum sempat sarapan, maka tour ini diawali dengan sarapan sekaligus makan siang di Warung Makan Pak Siyo. Kalau kita dari Bandara letaknya berada di sebelah kiri jalan. Menu andalan warung ini adalah soto ayam. Selain itu menurut teman saya es cendolnya juga enak. Maka dipesanlah soto dan es cendol. Penyajian soto disini cukup unik. Karena meskipun berkuah akan tetapi tidak menggunakan mangkok. Soto dan nasi diletakkan terpisah. Nasi ditaruh di piring dan soto pun juga di taruh di piring. Kemudian satu piring lagi berisi ayam goreng yang berfungsi sebagai lauk. Kita bebas mengambilkan berapa potong, dan baru akan diperhitungkan setelah makan selesai. Sambelnya tersedia dalam piring kecil. Biasanya kalau makan ayam sambil dicocol sambel yang menurut saya seperti kecap yang dicampuri petis. Mantap deh… untuk pecinta petis seperti saya. Hehehe. Oia, soto di warung  bening, seger rasanya. Cocok untuk yang anda yang mungkin kurang suka dengan masakan bersantan. Bismillah, jangan lupa mengawali makan dengan berdoa, pun mengakhiri dengan berdoa. Agar apa-apa yang kita makan mendatangkan kebaikan demi kebaikan. Aamiin.
Komplek Pertokoan CBS Martapura
Selesai menikmati soto pak siyo, petualangan kemudian kita lanjutkan ke Martapura. Do you know Martapura? Saya yakin semua pasti tahu, karena tempat ini merupakan tempat yang terkenal di seluruh Indonesia, bahkan juga  terkenal di dunia sebagai kota intan. Simbolnya aja tugu intan. Di sini ada sebuah komplek pertokoan yang banyak menjual oleh-oleh khas banjar, seperti berlian, permata, kaos, gantungan kunci, bros dari batu, tas, kopyah dari akar, kerajinan,assesoris wanita  dan lain-lain. Harganya juga lumayan murah. Disini juga ada tukang yang membersihkan perhiasan, sehingga koleksi perhiasannya menjadi kinclong dan blink-blink seperti baru lagi. Orang biasa menyebutnya Komplek Pertokoan CBS alias Cahaya Bumi Selamat. Saya sendiri di sini lebih banyak jalan-jalan dan melihat-melihat daripada belanja, ya semacam survey lokasi dulu lah…karena kan masih ada esok hari untuk belanja.
Pecal/Pencok Anak/Cucu Haji Hamsyah Martapura
Nah yang cukup terkenal di sini selain barang-barang tadi, yaitu pecal atau pencok Haji Hamsyah. Sekarang yang jualan bukan lagi Haji Hamsyah tapi anak/cucu seperti yang tertulis di warungnya. Warung ini terletak di bagian depan, paling ujung dekat dengan pos tukang parkir, berderet dengan warung-warung penjual makanan yang lainnya. Do you know Pecal/ Pencok? Ini semacam rujak buah. Cuma ada beberapa hal yang membedakan dengan rujak yang biasa saya makan di Jakarta. Beberapa hal yang membedakan pencok dengan rujak selain berisi buah-buahan seperti papaya, nanas, kedondong,dan kawan-kawannya, pencok juga dilengkapi dengan : irisan pisang mentah, emping dan taburan bawang putih. Selain itu yang membedakan juga sambelnya, selain manis juga agak sedikit gurih ada campuran petis. Wuahh…lagi-lagi petis, suka deh… Harganya juga lumayan murah, 2 piring pencok ditambah 1 irisan pepaya Rp 20.000,-
Siang menjelang petualangan break dulu untuk rehat sejenak. Sholat dan leyeh-leyeh sambil menikmati beberapa makanan dan buah-buah langka yang tadi kami beli di pasar Martapura, yaitu mangga kecil sekali yang disebut buah kasturi dan buah mundar. Buah mundar kulitnya berwarna merah halus, dalam seperti putih seperti buah manggis, namun bijinya kecil-kecil. Rasanya awalnya manis segar lama-lama asem. Cocok dimakan disiang hari yang panas.
Soto Banjar Ayam Bapukah Haji Anang
Dan bada maghrib petualangan kembali dilanjutkan, kali ini kuliner sekaligus makan malam di Warung Soto Banjar Ayam Bapukah Haji Anang, yang berlokasi di samping RS Mawar Banjarbaru. Ada yang unik menurut saya disini, maklumlah baru pertama kali jalan-jalan ke Kalimantan Selatan.Hihihi ngaku… Kalau kita bilang pesan soto banjar maka yang tersaji adalah soto dan ketupat. Namun kalau kita makan soto dengan nasi maka namanya sop. Oia kenapa disebut ayam bapukah? Karena ayamnya yang kita buah lauk itu dipukah, tidak dipotong atau diiris. Biar makin mantap maka dipesanlah sate ayam. Kalau di Ponorogo kita kenal orang makan Gulai dan Sate Kambing, maka disini kita jumpai makan soto dan sate ayam. Subhanallah kayanya Indonesiaku… Jadi petualangan hari ini ditutup dengan kuliner soto banjar ayam bapukah Haji Anang. Dan esok insya Allah, kita lanjutkan petualangan berikutnya wisata sungai Barito dan Wisata Alam Pulau Kembang. Sabar ya….